[HAMA PADA TANAMAN PADI]
#Hama dan Penyakit Tanaman Padi#
Padi merupakan tanaman yang sangat di prioritas kan di pertanian indonesia,dikarenakan sebagai kebutuhan sehari-hari.Namun untuk saat ini banyak para petani mengeluhkan banyaknya hama dan penyakit pada tanaman padi mereka.Dari segi kurangnya pengetahuan para petani indonesia tentang jenis-jenis hama dan penyakit pada tanaman padi,serta teknik penanggulangannya,maka akan sedikit saya kupas tentang hama dan penyakit tanaman padi tersebut.Adapun hama dan penyakit pada tanaman padi sbb :
1. Penggerek Batang (Stem Borer)
Penggerek batang merupakan hama paling menakutkan pada pertanaman padi, karena sering menimbulkan kerusakan berat dan kehilangan hasil yang tinggi. Di lapang, kehadiran hama ini ditandai oleh kehadiran ngengat (kupu-kupu) dan kematian tunas padi, kematian malai, dan ulat penggerek batang.
Hama ini merusak tanaman pada semua fase tumbuh, baik pada saat pembibitan, fase anakan, maupun fase berbunga. Bila serangan terjadi pada pembibitan sampai fase anakan, hama ini disebut sundep, dan jika terjadi pada saat berbunga, disebut beluk.
Sampai saat ini belum ada varietas yang tahan penggerek batang. Oleh karena itu gejala serangan hama ini perlu diwaspadai, terutama pada pertanaman di musim hujan. Waktu tanam yang tepat, merupakan cara yang efektif untuk menghindari serangan penggerek batang. Hindari penanaman pada musim Desember-Januari, karena suhu, kelembaban, dan curah hujan pada saat itu sangat cocok bagi perkembangan penggerek batang, sementara tanaman padi yang baru ditanam, sangat sensitif pada hama ini.
Cara penanganannya dengan menyemprotkan pupuk organik nasa berupa pestisida alami ( Pestona + Aero-810 ) dengan dosis ( 5 + 1/4 ) tutup/tangki,lakukan penyemprotan 1 minggu sekali di sore hari.
2. Wereng Hijau (green leafhopper)
Beberapa jenis dari wereng hijau diantaranya adalah Nephottetix virescens, N. nigropictus, N. cinticeps, N. malayanus. Peran wereng hijau (WH) dalam sistem pertanaman padi menjadi penting oleh karena WH merupakan vektor penyakit tungro, yang merupakan salah satu penyakit virus terpenting di Indonesia. Kemampuan WH sebagai penghambat dalam sistem pertanian padi sangat tergantung pada penyakit virus tungro.
Sebagai hama, WH banyak ditemukan pada sistem sawah irigasi teknis, ekosistem tadah hujan, tetapi tidak lazim pada ekosistem padi gogo. WH menghisap cairan dari dalam dari dalam daun bagian pinggir, tidak menyukai pelepah, atau daun-daun bagian tengah. WH menyebabkan daun-daun padi berwarna kuning sampai kuning oranye, penurunan jumlah anakan, dan pertumbuhan tanaman yang terhambat (memendek). Pemupukan unsur nitrogen yang tinggi sangat memicu perkembangan WH.
WH dapat di tanggulangi dengan cara menyemprotkan pupuk organik nasa berupa pestisida alami ( Pestona + Aero-810 ) dengan dosis ( 5 + 1/4 ) tutup/tangki,lakukan penyemprotan 1 minggu sekali di sore hari.
3.Walang sangit/rice bug Leptocorisa oratorius (Fabricius)
Walang sangit merupakan hama yang umum merusak bulir padi pada fase pemasakan. Mekanisme merusaknya yaitu menghisap butiran gabah yang sedang mengisi. Apabila diganggu, serangga akan mempertahankan diri dengan mengeluarkan bau. Selain sebagai mekanisme mempertahankan diri, bau yang dikeluarkan juga untuk menarik walang sangit lain dari species yang sama. Walang sangat merusak tanaman ketika mencapai fase berbunga sampai matang susu. Kerusakan yang ditimbulkannya menyebabkan beras berubah warna dan mengapur, serta gabah menjadi hampa.
Hama ini dapat dikendalikan melalui beberapa langkah, seperti :
Mengendalikan gulma, baik yang ada di sekitar sawah maupun yang ada di sekitar pertanaman.
Meratakan lahan dengan baik dan memupuk menggunakan pupuk organik nasa berupa super nasa + pupuk kimia ( Urea,Tsp,KCl ) secara merata agar tanaman tumbuh seragam.
Dengan menyemprotkan pupuk organik nasa berupa pestisida alami ( Pestona + Aero-810 ) dengan dosis ( 5 + 1/4 ) tutup/tangki,lakukan penyemprotan 1 minggu sekali di sore hari
4.Wereng Coklat (WCK) (Nilaparvata lugens)
Wereng coklat dapat menyebabkan daun berubah kuning oranye sebelum menjadi coklat dan mati. Dalam keadaan populasi wereng tinggi dan varietas yang ditanam rentan wereng coklat, dapat mengakibatkan tanaman seperti terbakar atau “hopperburn“. Wereng coklat juga dapat menularkan penyakit virus kerdil hampa dan virus kerdil rumput, dua penyakit yang sangat merusak.
Ledakan WCK biasanya terjadi akibat penggunaan pestisida yang tidak tepat, penanaman varietas rentan, pemeliharaan tanaman, terutama pemupukan, yang kurang tepat, dan kondisi lingkungan yang cocok untuk WCK (lembab, panas, dan pengap).
Pengendalian wereng coklat dapat dilakukan dengan mencegah penyebaran dan perkembangbiakan hama tersebut. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengendalikan hama ini adalah ;
melakukan pemantauan secara rutin dan terjadwal yang dilakukan dengan cara mengamati areal tanaman padi dalam interval waktu tertentu (misalnya seminggu sekali), sejak awal persemaian, penanaman sampai panen. Pemantauan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepadatan populasi wereng coklat di tiap lokasi sehingga dapat dijadikan pedoman apakah perlu dilakukan tindakan pengendalian atau tidak. Semakin tinggi kepadatan populasi wereng coklat, semakin cepat kita harus melakukan tindakan pengendalian.
Memusnahkan singgang (sisa tanaman) yang terserang virus kerdil rumput dan kerdil hampa dengan cara mengolah tanah sesegera mungkin setelah tanaman padi dipanen. Dengan kita membiarkan lahan tersebut, maka kemungkinann timbulnya serangan virus akan lebih besar saat kita memulai penanaman kembali.
Menanam padi varietas unggul tahan hama. Penanaman varietas tahan hama terbukti mampu dan efektif mengurangi serangan wereng coklat. Penggunaan bibit padi yang merupakan keturunan dari benih asli/bersertifikat akan membuat tanaman menjadi lebih peka/rentan terhadap serangan hama, sehingga disarankan untuk selalu menggunakan benih F-1-nya.
Melakukan pemusnahan selektif terhadap tanaman padi yang terserang ringan. Artinya memilih tanaman padi yang terserang dengan cara mengambilnya untuk kemudian dibuang/dibakar di tempat lain. Bila terjadi serangan berat, maka perlu dilakukan pemusnahan (eradikasi) total.
Dengan menyemprotkan pupuk organik nasa berupa pestisida alami ( Pestona + Aero-810 ) dengan dosis ( 5 + 1/4 ) tutup/tangki,lakukan penyemprotan 1 minggu sekali di sore hari.
5.Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas campestris pv. Oryzae)
Hawar daun bakteri (HBD) merupakan penyakit bakteri yang tersebar luas dan menurunkan hasil sampai 36 %. Penyakit terjadi pada saat musim hujan atau musim kemarau yang basah, terutama pada lahan sawah yang selalu tergenang, dan dipupuk N tinggi (> 250 kg Urea/ha).
Penyakit HDB menghasilkan dua gejala khas, yaitu kresek dan hawar. Kresek adalah gejala yang terjadi pada tanaman berumur < 30 hari (persemaian atau yang baru pindah). Daun-daun berwarna hijau kelabu, melipat, dan menggulung. Dalam keadaan parah keadaan daun menggulung, layu, dan mati, mirip tanaman yang terserang penggerek batang atau terkena air panas (lodoh). Sementara, hawar merupakan gejala yang paling umum pada tanaman yang telah mencapai fase tumbuh anakan sampai fase pemasakan.
Gejala diawali dengan timbulnya bercak abu-abu (kekuningan) umumnya pada tepi daun. Dalam perkembangannya gejala akan meluas, membentuk hawar, dan akhirnya daun mengering. Dalam keadaan lembab (terutama pagi hari), kelompok bakteri, berupa butiran berwarna kuning keemasan, dapat dengan mudah ditemukan pada daun-daun yang menunjukkan gejala hawar. Dengan bantuan angin, gesekkan antar daun, dan percikan air hujan, massa bakteri ini berfungsi sebagai alat penyebar penyakit HDB.
Penyakit HDB secara efektif dikendalikan dengan :
Menanam Bibit Dengan varietas unggul tahan lama,
Pemakaian pupuk organik nasa berupa super nasa + pupuk kimia ( Urea,Tsp,KCl ) mulai dari sebelum tanam,
Pengaturan air.
Penyemprotkan pupuk organik nasa berupa pestisida alami ( Pestona + Aero-810 ) dengan dosis ( 5 + 1/4 ) tutup/tangki,lakukan penyemprotan 1 minggu sekali di sore hari.
Hindari penggenangan yang terus menerus, misalkan 1 hari digenangi dan 3 hari dikeringkan.
6. Bercak Cercospora/Narrow Brown Leaf Spot (Cercospora oryzae)
Bercak cercospora disebabkan oleh jamur Cercospora oryzae. Penyakit menyebabkan kerusakan yang serius pada pertanaman dilahan yang kurang subur. Penyakit dikendalikan oleh pemupukan berimbang yaitu pemakaian Pupuk organik nasa berupa super nasa + pupuk kimia ( urea,Tsp,KCl ) sesuai anjuran pemupukan.
7. Blas /blast (Pyicularia grisea)
Semula penyakit blas dikenal sebagai salah satu kendala utama pada padi gogo. Tetapi sejak akhir 1980-an, penyakit ini juga sudah terdapat pada sawah beririgasi. Penyakit yang mampu menurunkan hasil yang sangat besar ini disebabkan oleh jamur patogen Pycularia grisae.
Penyakit blas menimbulkan dua gejala khas, yaitu blas daun dan blas leher. Blas daun merupakan bercak coklat kehitaman, berbentuk belah ketupat, dengan pusat bercak berwarna putih. Sedangkan blas leher berupa bercak coklat kehitaman pada pangkal leher yang dapat mengakibatkan leher malai tidak mampu menopang malai dan patah. Kemampuan patogen membentuk strain dengan cepat menyebabkan pengendalian penyakit ini sangat sulit.
Penyakit ini dikendalikan melalui :
penanaman varietas tahan secara bergantian untuk mengantisipasi perubahan ras blas yang sangat cepat.
pemakaian Pupuk organik nasa berupa super nasa + pupuk kimia ( urea,Tsp,KCl ) sesuai anjuran pemupukan.
Penanaman dalam waktu yang tepat dan perlakuan benih yang bagus.
Menyemprotkan pupuk organik nasa berupa pestisida alami ( Pestona + Aero-810 ) dengan dosis ( 5 + 1/4 ) tutup/tangki,lakukan penyemprotan 1 minggu sekali di sore hari.
0 comments:
Post a Comment